Indonesia Gudang Energi, justru membeli energi

Kebutuhan masyarakat akan energi semakin meningkat setiap tahun dikarenakan perkembangan kegiatan ekonomi serta pertambahan penduduk. Hal ini mengakibatkan krisis energi yang terjadi di dunia termasuk Indonesia. Cadangan energi fosil di Indonesia seperti minyak bumi dan batu bara semakin berkurang. Energi di Indonesia saat ini menduduki puncak kritis yang cukup ekstrim. Berdasarkan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) dari Departemen Pertambangan dan Energi, sifat dari minyak bumi dan gas alam yang tidak terbarukan (non renewable) serta cadangan di dalam bumi kita diperkirakan akan menurun, oleh karena itu pemerintah harus terus berusaha menggalakkan usaha-usaha penghematan energi dan pengembangan sumber energi alternatif. Untuk mempertahankan kelangsungan energi di Indonesia, pemerintah telah merumuskan kebijakan energi nasional. Kondisi kritis ini memberikan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat, hal ini dikarenakan hampir seluruh sisi masyarakat membutuhkan energi, sehingga konsumsinya lebih besar daripada produksinya, yang berujung pada kebijakan impor energi.
Saat ini, kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeki Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% pertahun. Sekitar 80%  kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil, utamanya BBM. Pada tahun 2004 konsumsi energi  didunia mencapai  10.244,4 juta ton minyak dan berdasarkan prediksi bahwa setiap tahunnya mengalami peningkatan 1,6%, maka untuk tahun 2013 diprediksikan mengalami peningkatan 1475,1936 juta ton (1,6 % x 10.244,2 @ ) menjadi 11.719,594 juta ton energi yang dibutuhkan. Besarnya energi ini cukup efektif untuk menguras sumber energi yang ada di dunia. Jika kita kembali ke Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, yaitu sekitar 250 juta maka kita bisa prediksikan berapa energi yang kita perlukan untuk Indonesia saja, dengan melihat kebutuhan energi dunia yang terus mengalami peningkatan, belum lagi kita bandingkan dengan penduduk di negara lainnya yang lebih besar dari Indonesia. Pertambahan laju penduduk ini menyebabkan permintaan energi dunia semakin meningkat. Dari sini kita bisa menelaah bahwa cadangan BBM dunia akan semakin berkurang. Hal ini yang akan menimbulkan ketidakseimbangan permintaan dan penawaran. Akibatnya adalah harga minyak berfluktuasi. Duniapun akan mencari alternatif energi lain atau alternatif energi baru untuk mengatasi ketergantungan pada BBM. Energi memiliki siklus hidup yang panjang, energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnah, hanya saja dirubah bentuknya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup konsumtif, sehingga tidak jarang Indonesia menjadi bahan pangsa pasar perdagangan dunia. Kebutuhan Energi di Indonesia pada 2012 sebesar 45 juta kiloliter, sementara pada 2013 diperkirakan mencapai 50 juta kiloliter. Sementara itu, produksi minyak dalam negeri tetap minim, di kisaran 840-850 barrel per hari (bph), bahkan diprediksi tahun 2018 Indonesia menjadi importir energi terbesar di dunia. Jadi bagaimana Indonesia menutupi kebutuhan energinya ? jalan yang ditempuh oleh negara kita ini adalah mengimpor energi. Indonesia membeli energi dari negara lain, dengan harga yang cukup tinggi. Menurut data statistik harga BBM di pasar internasional makin tinggi harganya, harga minyak dunia itu sampai 122, 9 USD per barrel.  Otomatis ketika indonesia ingin menutupi kebutuhan energinya maka harus membeli kepada negara lain, dan dalam pemasarannya di Indonesia, melakukan subsidi dengan tujuan agar masyarakat yang kurang mampu bisa terpenuhi kebutuhan energinya. Pertanyaan selanjutnya adalah, dana yang digunakan untuk subsidi uang siapa ?, otomatis untuk kebutuhan rakyat Indonesia, maka Uang yang digunakan juga uang Indonesia, dan ketika ini berlangsung terus menerus maka, dapat diprediksi hutang Indonesia akan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Apakah tidak ada solusi yang lebih baik untuk menutupi kebutuhan Indonesia ?, pertanyaan ini sudah dijawab oleh beberapa ilmuan di Indonesia, melalui banyaknya artikel, dan hasil penelitian yang mereka sampaikan, permasalahannya selanjutnya adalah adakah kepedulian terhadap opini tersebut ? ini masih menjadi dilema yang cukup besar. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi sebagai negara pengekspor energi, atau minimal menjadi negara yang mandiri dari sisi energi, kenapa tidak?, Indonesia punya banyak potensi dan sumber energi yang dapat dimanfaatkan. Sesungguhnya Indonesia  diberkahi anugerah energi yang sangat melimpah. Selain energi fosil, yang saat ini terus mengalami pengurangan, Indonesia masih mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan berbagai energi alteratif pengganti energi fosil yang mulai menurun. Beberapa sumber energi yang sangat berpotensi untuk menggantikan bahan energi fosil adalah tenaga surya, air, angin, biomassa dan sumber lainnya. Energi surya di Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan. Total intensitas penyinaran rata – rata 4.500 Wh/m2¬hari di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan variasi bulanan 10% dan 5.100 Wh/m2¬hari di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan variasi bulanan 9%. Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan Jepang yang total intensitas penyinarannya hanya 150 – 180 Wh/m2¬hari Ini kita msih berbicara tentang potensi dari energi surya, saat ini kita bisa melihat gencarnya penelitian tentang energi biomassa, yang potensinya juga menjanjikan bagi indonesia. Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, mikroalga, perairan, dan tumbuhan yang terlihat semuanya hanya percuma, tidak diberdayakan dan tidak dimanfaatkan. Di sisi lain, dari energi biomassa, Indonesia merupakan negara tropis, yang memiliki banyak aneka tanaman, karet, sawit, alga, mikroba, dan banyak sumber lainnya yang bisa kita manfaatkan, yang semua itu tidak diperhatikan dan tidak ada kefokusan kesana. Bahkan dari potensi Perairan Indonesia memiliki wilayah peraian yang cukup besar, dan sudah lama peneliti Indonesia, mengungkapkan potensi reaksi fusi air sebagai energi, tetapi Indonesia masih terlalu sibuk dengan politk dan jaatannya,  padahal hal seperti ini tentunya yang harus kita angkat di media, kita berikan apresiasi dan kita berikat follow up untuk perbaikan bangsa Indonesia. Indonesia masih sibuk dengan jabatan, posisi, dengan kekuasaan, dan politiknya. Indonesia punya banyak ilmuan yang tidak diberdayakan dan tidak difasilitasi, hal ini tentunya menjadi kendala perkembangan Riset dan Penelitian di Indonesia.  
Indonesia perlu membuat perhatian khusus terhadap potensi alam yang ada di Indonesia, mulai menata satu persatu permasalahan yang ada, dan mulai melakukan perbaikan sejak dini. Indonesia masih memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan, kita tidak perlu memutar arah total kearah energi, tapi yang kita butuhkan hanya lirikan dan perhatian, yang berorientasi kepada perbaikan bangsa. Berapa besar dana APBN kita gunakan untuk pusat pemerintahan, dan ditataran kementrian, sedikit kita sisihkan untuk alokasi perbaikan energi bangsa akan jauh lebih efektif untuk mengobati luka di tubuh energi Indonesia. Kepalkan tangan, kita lepaskan bendera perbedaan, kita kedepankan persamaan dan cita-cita menuju energi Indonesia yang mandiri. Indonesia, harapan itu masih ada.



Indra Lasmana , Mhd.Arief Tirtana , Primsya
Universitas Negeri Medan

Komentar