Ruang Cendekia Edisi 3_OPINI_BUKAN UNTUK DIKENANG_Latifah Anggraini Siregar

BUKAN UNTUK DIKENANG
Oleh : Latifah Anggraini Siregar

Dihabiskan untuk apa usiamu? kalimat tanya ini menjadi pembuka kata bagi para pembaca. Tidak perlu berdebat soal usia muda atau tua. Waktu tak akan pernah berhenti berputar ataupun sekedar memberi ruang untuk kembali pada masa lalu. Usia bukanlah alasan untuk lalai dan berleha-leha dengan waktu. Itulah yang sering kita lalaikan, measa bertambah usia, padahal jatah dan kontrak hidupnya semakin sempit saja.

Menguntai puji syukur atas nikmat Allah SWT yang terlihat maupun tersirat. Tergambar oleh pandangan maupun tersamar dalam benak. Perkuat rasa syukur pada Allah SWT. karena masih diberi usia hingga sampai pada saat ini bersamaan dengan tulisan ini. Berbicara mengenai usia bukanlah soal muda atau tua. Namun bersikap menjadi lebih dewasa dikala muda dan berjiwa muda dikala tua. Itulah hakikat dari berkahnya usia. Namun terkadang usia menjadi penyebab lalainya kewajiban yang semestinya ditunaikan. Kaum muda memberi pembelaan sebab minimnya pengalaman sedangkan yang lebih tua beralasan bahwa fisik sudah mulai merenta.

Berbagai alasan dijadikan sebagai pembelaan atas ketidak sanggupan dalam mengoptimalkan waktu-waktu yang telah berlalu. Terkadang kita tak merasa memiliki sebuah kewajiban sehingga waktu dibuang-buang, kesempatan dilelang bahkan nasehatpun ditentang. Padahal itu terjadi karena kita tidak menata waktu dengan cermat, suka menunda-nunda pekerjaan sehingga tidak mampu menolong diri sendiri apalagi menolong orang lain.

Be a positif. Ambillah sisi positif dari segala sesuatu. Anak muda memang minim pengalaman sebab ia tidak menawarkan masa lalu, ia menawarkan masa depan. Orang tua memang sudah menua dan fisik mulai merenta namun ilmunya mendalam dan nasehatnya syarat akan makna kehidupan. Dimanapun posisi usiamu saat ini, tidak penting seberapa singkat usiamu karena yang utama adalah bagaimana memanfaatkan waktu dan memberdayakan diri sehingga bisa memberi kontribusi sebesar-besarnya bagi manusia.

Banyak hal yang sudah dilalui dalam hidup ini. Kisah suka maupun duka menjadi hasil yang diperoleh dari apa yang telah dilakukan di masa lalu. Momentum itu tidak akan terulang kembali hanya karena sesal diakhir.

Seberapa besarpun kebahagiaan dan kesedihaan yang terjadi kala itu tidak akan abadi hingga mati. Karena rasa itu memiliki fluktuasi (naik/turun) yang datang silih berganti. Peristiwa yang terjadi di masa lalu akan menjadi memori. Banyak diantara kita yang mengambil hikmah darinya dan saya yakin itu termasuk para pembaca ini. Namun tidak sedikit pula yang menjadikannya hanya sebatas kenangan belaka.

Hari ini adalah wujud dari masa lalu. Peristiwa di masa lalu tidak bisa di diubah kembali. Karenanya masa lalu bukanlah milik kita lagi. Masa depan adalah wujud dari apa yang kita lakukan saat ini. Namun siapa yang menjamin usiamu akan sampai hingga hari esok tiba. TIDAK ADA. Karenanya hari esok belum tentu kita miliki. Namun ada satu waktu yang memberi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Saat ini, detik ini, dan hari ini adalah miliki kita. Kondisi hari ini adalah hasil dari masa lalu dan sikap hari ini akan menjadi penetu kondisi di masa depan. Menurut Hasan Al-Bashri waktu hanya ada tiga. Waktu kemarin yang sudah bukan milik kita lagi. Esok hari yang belum tentu kita punyai dan sekarang adalah hari yang kita miliki.

Sadarilah bahwa waktu kita sedikit. Kewajiban yang ada lebih banyak dibandingkan waktu yang tersedia. Karena waktu kita sedikit, kesempatan yang ada didunia ini begitu sempit mengapa kita tidak mengoptimalkannya untuk menjadi bekal di masa-masa sulit di hari dimana tiada lagi berguna harta dan anak-anak kecuali yang mengahdap Allah SWT dengan hati yang bersih dan amal sholih.

Jangan habiskan waktu untuk menyesali masa lalu. Masa lalu bukan untuk dikenang. Karenanya menyesali masa lalu adalah melalaikan waktu saat ini. Cobalah ambil ibrah/pelajaran dari setiap kejadian yang telah berlalu. Jangan biarkan ada waktu yang tersisa dari anggota tubuh terbuang sia-sia. Jika suatu waktu diri mulai kembali lalai dalam memanfaatkan waktu maka coba tanya pada diri sendiri. Benarkah berleha-leha seperti ini membuat kita bahagia? Apa sih karya kita? Mengapa kita habiskan waktu hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa?
Orang-orang sukses meyadari bahwa usia harus berbanding lurus dengan prestasi. Diantaranya yang paling menonjol adalah segudang penghargaan dan piagam kejuaraan yang telah diraih.

Bahkan hafalan al-quran satu mushaf dapat dihafalkan dengan kuat serta diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau dimasa sekarang ada “kampanye nikah dini” kalau di masa salafus shalih sudah jauh-jauh hari mengkampanyekan “hafal qur’an dan kitab pilihan” usia dini.
Beramallah dengan niat yang ikhlas. Sebab niat menjadi kunci utama timbangan amal.

Sebagaimana ucapan Abdullah bin Mubarak “berapa banyak amal yang dianggap remeh menjadi besar karena niat dan berapa banyak amal yang dianggap besar menjadi remeh karena niat”.

Perbaikilah keadaan dan hadirkanlah perubahan. So, apaun masalalu itu jadikan ia sebagai pembelajaran bukan hanya sebatas kenangan.

Tentang Penulis
Latifah Angraini Siregar. Mahasiswa yang sedang studi di Univesitas Negeri Medan prodi pendidikan matematika bilingual stambuk 2018. Menulis menjadi kegemaran saya. Hal ini tidak disia-siakan begitu saja, saya menyalurkan kegemaran ini kepada hal positif seperti menulis karya ilmiah, cerita pendek juga menulis puisi dan tulisan lainnya.

Komentar