Ruang Cendekia Edisi 6 Opini_Oleh Sya sya Azzaythounah

PRIVILEGE ( Hak Istimewa ) HARUSKAH?
Oleh :
Sya sya Azzaythounah

Bill Gates. Ketika mendengar namanya hal apa yang terlintas di benak Anda? Ya…., orang terkaya di dunia. Kita tentu sering melihat postingan postingan yang menceritakan tentang kesuksesannya, apalagi dalam seminar seminar motivasi. Namun pernahkah anda berpikir bahwa, kok bisa ya dia menjadi orang terkaya di dunia? Aku kok nggak bisa? Nah, kali ini coba berpikir dari sudut pandang lain, dan mencoba menguak fakta – fakta menarik yang tidak akan pernah anda dengar di seminar - seminar motivasi.

”Bill Gates nggak kuliah aja bisa sukses gue juga bisa gitu dong….!!” Hei….. dia diterima di Harvard college di tahun 1975. Dan dia memang keluar dari Harvard, namun dia adalah seorang pembelajar sejati. Nah, bagaimana dengan sistem anda? Bahkan dalam blognya pada 2015, ia menyarankan untuk anak muda harus serius belajar hingga lulus. “Meskipun saya keluar dari kampus dan beruntung mengejar sebuah karir di bidang software, tetap saja mendapat gelar sarjana adalah jalan pasti menuju kesuksesan”. Lulusan perguruan tinggi lebih berpeluang mendapatkan pekerjaan penghasilan yang lebih tinggi. Bahkan sejumlah bukti menunjukkan bahwasanya lulusan perguruan tinggi dapat hidup lebih lama dibanding yang tidak lulus perguruan tinggi

Ayah Bill Gates merupakan seorang pengacara lulusan Washington University. Coba bayangin di tahun segitu udah menjadi mahasiswa Washington University dan seorang penulis buku. Selain itu keluarganya termasuk kedalam kelompok kelas menengah ke atas. Ibunya saat itu menjabat sebagai Anggota Dewan Director First Instance Bank System dan kakeknya adalah seorang presiden di Bank Nasional.

Selain Bill Gates, Maudy Ayunda yang sempat heboh di Indonesia karena katanya ia sempat bimbang dalam memilih jenjang S2 antara Harvard dan Stanford University saat telah lulus dari Oxford University. Namun nyatanya orang-orang yang sekolah di SMA internasional dan kemudian kuliah di mitra kampus yang ada di luar negeri itu sebenarnya sudah hal yang lumrah. Maka wajar baginya saat di terima S1 di Oxford University.

Coba kita telusuri jejak pendidikannya. Sejak SD Maudy Ayunda sudah sekolah di sekolah internasional di Mentari International School hingga jenjang SMP dan SMA di British International School. Update per-2020, uang pembangunan di Mentari International School sekitar 70 juta untuk uang pembangunan dan uang bulanan 7,5 juta sedangkan pertahun sekitar 90 juta. Di British international school memakan dana sekitar 311 juta/tahun. Bandingkan dengan kita yang masih memburu beasiswa Rp 600.000 per bulan.

Sadar atau tidak, orang-orang yang seperti ini bisa menjadi tolak ukur. Ibarat sebuah perlombaan lari, kalau kita bayangin garis finishnya seperti apa yang sudah mereka capai, itu sangat nggak sepadan. Kenapa? karena start-nya kita sama mereka itu udah berbeda. Ibarat mereka, kalau mau melangkah ya tinggal melangkah aja, mau sekolah disana ya tinggal sekolah. Mau les private disana ya tinggal daftar. Mereka tidak perlu lagi memikirkan nanti biaya hidup bagaimana, tinggal dimana, dll. Maksud penulis memaparkan hal kecil seperti ini adalah, usaha + privilege = sukses. Jadi kalau mau bilang “Maudy Ayunda aja bisa masa kamu nggak”. Nah coba sekarang ngaca dulu, kamu punya privilage apa?

Kunci sukses yang sering dilupakan adalah bercermin. Nyatanya fenomena lapangan yang terjadi di dunia atau di Indonesia ini masih terjadi hal kotor seperti nepotisme, suap, dan hal-hal kejam lainnya. Maka dari itu, mau tidak mau kita harus selalu siap dengan kenyataan pahit. Selain permasalahan tersebut, ada hal lain yang nampak jelas di depan mata, yaitu “Keadilan social, bagi mereka yang Good Looking”. Contohnya saja saat mendaftar pekerjaan sebagai karyawan kantoran di ruangan ber-AC. Banyak perusahaan yang mencantumkan persyaratan yang harus dipenuhi adalah “Berpenampilan Menarik” lalu yang tidak dikaategorikan Good Looking ini mau tidak mau harus ikhlas dan sadar diri dan mau bekerja di lapangan berpanas-panasan.
Contoh lain dapat kita ambil dari kasus penggunaan narkoba oleh Artis Jeffri Nichole dan Andhika Kangen Band. Ketika Jeffri Nichole terjerat kasus narkoba, netizen berbondong – bondong memberikan support dan semangat untuk Jeffri Nichole. Namun hal tersebut berbanding terbalik terhadap reaksi yang diterima Andhika Kangen Band. Kolom komentar pada akun Instagramnya dipenuhi ujaran kebencian, menghakimi, dan berkomentar buruk tentangnya. Bahkan terdapat komentar sarkasme seperti “Dasar sok kegantengan, kau pikir keren pakai narkoba itu? Udah jelek, jangan banyak tingkah…!!”

Akibat perlakuan masyarakat itulah banyak orang yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi melakukan beberapa perubahan pada bagian tubuhnya, hanya demi mendapat pengakuan dan label cantik/tampan dari dunia.

Ocehan - ocehan seperti “Enaklah dia anak gubernur”, “Ya iyalah, dia good looking” tersebut tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Karena perlakuan khusus tersebut benar – benar terjadi. Mereka yang berkata ujaran tersebut hanyalah omong kosong belaka, sejatinya mereka itu tidak pernah merasakan kejamnya di tolak karena cantik-cantik dihina karena miskin dan selalu dikambinghitamkan. Mereka yang memukul, tidak akan merasakan sakitnya di pukul. Ini adalah dunia yang dipenuhi orang – orang egois, bukan dunia penuh dengan taman bunga.

Tentu kita atau setiap individu mempunyai cita-cita atau keinginan nya masing-masing. Namun dengan latar belakang privilege, seseorang berhasil mencapai apa yang menjadi keinginan nya tanpa orang-orang disekitarnya tahu jalan yang dilalui nya seperti apa. Apakah perjalanan dengan menggunakan escalator ataukah merangkak menaiki tangga satu per satu. Orang orang hanya melihat hasil yang ia capai tanpa tahu siapa atau apa hal hal dibalik semua itu.

Saya menulis ini bukan untuk menjelek-jelekan orang yang memiliki hak istimewa ataupun iri akan situasi yang mereka miliki. Hanya bentuk keresahan dan ingin speak up tentang kondisi ini agar yang menyadarkan mereka agar bangun dari mimpi indahnya. Walau seberapa keraspun kalian berjuang, belum tentu bisa mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Karena memang ada batasan yang memang susah untuk digapai selain keberuntungan.
Intinya adalah, bukan salah kalian ketika apa yang kalian inginkan tidak bisa kalian dapat, dan jangan sampai menyerah begitu saja. Mungkin mereka bisa karena yang tadi saya sudah bilang, mereka terlahir sudah menjadi orang istimewa atau biasa dikenal privilege people. Sebenernya saya pun menulis ini karena melihat tulisan orang di salah satu media sosial tentang privilege. Dan ada orang yang bilang, omongan orang privilege itu kosong, karena mereka tidak tahu seperti apa rasanya dibawah, kurang lebih seperti itu.


Komentar

  1. AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong, bandar66, perang bacarat dan capsa :)
    ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
    AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)
    WA;+855969190856

    BalasHapus
  2. dulphora-reKansas City Liz Rogers click
    sincpidestagc

    BalasHapus

Posting Komentar