Ruang Cendekia Edisi 7_Opini

BPUPKI: ‘Bahaya Pornografi Bagi Pemuda Masa Kini’
Oleh : Risky Wahyudi

Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Bertanah air satu, satu bangsa, serta satu bahasa adalah pengikat, sekaligus identitas kita sebagai warga negara. Kita semua mahfum, bahwa Sumpah Pemuda dirumuskan oleh para pemuda jauh sebelum Indonesia merebut kemerdekaannya. Ada semangat nasionalisme yang mengilhami. Ada tekad kuat bangkit melawan penindasan. Ada ketulusan untuk mengangkat harkat dan martabat kita sebagai bangsa. Ada rasa kebersamaan. Ada tujuan mulia yang ingin dicapai. Bebas dari belenggu penjajahan.

Kesadaran para pemuda kala itu didasari dengan masih terkotaknya perjuangan berbagai elemen anak bangsa merebut kemerdekaan. Sehingga jika tak ada ikhtiar dan semangat nasionalisme untuk menyatu, maka dipastikan penjajah akan semakin leluasa menindas dan menguasai kekayaan alam kita. Karena itulah, pemuda mempelopori untuk memadukan kekuatan anak bangsa melalui ‘Sumpah Pemuda’.
Berangkat dari sejarah perjuangan para pemuda, maka sebagai generasi bangsa harus menjaga pengorbanan dan perjuangan mereka. Menjaga agar Indonesia bisa mandiri. Menjaga kedaulatan, harkat dan martabat bangsa.

Menjaga Indonesia tak dikuasai oleh negara asing. Tak kalah penting, menjaga semangat sekaligus idealisme pemuda. Seiring dengan perkembangan dan pengaruh globalisasi, maka peran pemuda sangat penting untuk kita gelorakan. Gelorakan untuk terus mengasah diri memberi
Konstribusi bagi bangsa. Gelorakan menjaga jati diri bangsa di tengah pengaruh modernitas yang bisa mendegradasi moral generasi kita. Olehnya itu, Hari Sumpah Pemuda mesti kita jadikan momentum untuk bangkit bersama. Bangkit melawan pengaruh negatif yang menjangkiti generasi muda. Bangkit untuk lebih kreatif. Dan bangkit berkonstribusi aktif bagi bangsa dan negara.

Adanya fakta yang mengkhawatirkan berdasarkan hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500 remaja mengungkap, 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi dan 93 persen pernah berciuman bibir. Survei yang dilakukan di 12 kota besar belum lama ini, juga menunjukkan 62,7 persen responden pernah berhubungan badan dan 21 persen di antaranya telah melakukan aborsi. Hasil survei tersebut dikuatkan dengan fakta, puluhan siswa SMP di Bandung, Jawa Barat telah berprofesi menjadi pekerja seks komersial (PSK). Yang lebih mencengangkan, data yang dihimpun program "Save the Children" Jawa Barat yang menunjukkan di antara para PSK remaja tersebut cukup dibayar dengan pulsa telepon seluler.
Fenomena ini cukup menjadi alasan kuat semua pihak untuk mencemaskan masa depan generasi penerus bangsa. Data-data tersebut memberi gambaran kepada kita, bahwa sudah sejak lama pornografi akrab dengan dunia remaja. Seperti halnya kecanduan Narkoba, pecandu pornografi cenderung menggantikan sesuatu hal yang penting dengan seks atau bentuk lain dari pornografi.

Pornografi memiliki bahaya yang sangat besar, terutama bagi para remaja. Psikologi remaja yang masih labil dan adanya pertumbuhan hormon-hormon seksual pada diri remaja,menjadikan pornografi memiliki bahaya (dampak negatif) yang sangat besar terhadap remaja.

Kecanduan terhadap pornografi berakibat tidak baik terhadap kesehatan, merusak kejiwaan (psikologis), membuat pecandu terperangkap dalam penjara ketagihan sesuatu hal yang merusak, terhempas dalam pergaulan bebas, dan lainnya.
Salah satu potensi bahaya terbesar adalah bahaya pornografi internet. Ribuan situs pornografi dengan sangat mudah diakses tanpa batas dan di mana saja. Yang berbahaya adalah jika konten pornografi internet diakses oleh remaja/pemuda yang masih labil dan belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal. Pornografi dapat menjadi monster yang mengerikan bagi remaja karena pada dasarnya pornografi dapat merusak otak mereka. Sementara jika tanpa ada larangan/pembatasan dari pemerintah sangat sulit sekali bagi kita melakukan kontrol penggunaan internet yang bermuatan pornografi. Internet sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Melarang anak/remaja berinternet seperti melarang anak memakai energi listrik dan kembali ke zaman batu.

Dengan melihat bahaya pornografi terhadap anak/remaja, dan melihat kondisi bahwa sangat sulit bagi masyarakat "berperang" sendiri dengan pornografi, peran pemerintah juga sangat penting untuk turut mengurangi bahaya pornografi internet dengan melakukan kontrol terbatas pada situs-situs yang secara nyata mengeksploitasi pornografi. Hal terbaik yang dapat dilakukan untuk melindungi anak dan remaja kita dari bahaya pornografi adalah dengan cara membentengi mereka melalui penanaman/penerapan disiplin sistem/nilai moral yang baik, sehingga anak/remaja dan pemuda dapat membuat keputusan sendiri untuk memilih dan menentukan hal apa yang baik atau tidak secara moral.

Dengan melihat hal ini rasanya mendorong anak untuk mempelajari ilmu agama dalam sekolah formal maupun pondok pesantren menjadi salah satu pilihan yang menarik. Sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi bahaya pornografi, sangat penting juga melibatkan tokoh masyarakat, ulama, kyai, dan lembaga informal lainnya, untuk terus mengingatkan kepada masyarakat akan bahaya pornografi.

Di samping itu terus mengajak seluruh pihak untuk melakukan upaya-upaya untuk mengurangi bahaya pornografi di masyarakat. Sejumlah upaya yang bisa dilakukan lainnya, perlunya orang tua memiliki pengetahuan tentang internet, seperti meletakkan komputer di tempat yang mudah dilihat. Karena kita tidak dapat mengawasi anak/remaja setiap anak, maka harus dibantu agar anak dapat membuat keputusan sendiri, yaitu keputusan yang baik secara moral. Ikhtiar lainnya membatasi penggunaan internet dan menetapkan berapa lama internet boleh digunakan dan situs apa saja yang boleh diakses.
Penting juga untuk menjelaskan mengapa orang tua melakukan hal dimaksud yakni demi membantu anak untuk memahami keputusan yang terbaik. Menjaga komunikasi yang baik dengan anak.

Komunikasi yang baik dan keakraban dengan anak akan memudahkan kita untuk menanamkan nilai-nilai moral. Orang tua dapat menjelaskan kepada anak apa saja bahaya dari penggunaan internet agar mereka tidak mudah terkecoh. Secara teknis juga bisa dilakukan dengan memasang "software filter pornografi" pada komputer dan lainnya.

Pemuda Indonesia adalah mereka yang selalu menunjukkan karyanya. Mengobarkan semangatnya. Meraih prestasi untuk tanah airnya. Menjunjung kearifan lokal. Merawat kebersamaan dalam bingkai kebhinekaan. Memiliki integritas dan idealisme. Bertanggungjawab ikut memajukan, dan mensejahterakan bangsa. Punya kepedulian terhadap sesama. Aktif menyuarakan ketidakadilan.
Kita mesti bersepakat, bahwa pemuda masa kini bukanlah pemuda yang larut dari berbagai pengaruh negatif yang bisa menghancurkan moral kita sebagai bangsa yang besar. Bukan pula pemuda yang mudah goyah dan mengingkari komitmennya. Bukan juga pemuda yang hanya berpangku tangan. Apalagi pemuda yang candu akan pornografi, bukan prestasi.

Kita sadar, tantangan yang kita hadapi memang tak perlu lagi ikut mengangkat bambu runcing mengusir para penjajah. Tapi tantangannya sangat kompleks. Jika kita tak siap dan membekali diri kita, maka perlahan kita akan terdegradasi oleh zaman. Apalagi ‘penjajahan’ moderen sudah mengintai setiap saat, kalau kita tak mau bilang mereka sedang menjajah kita. Lengah sedikit, moralitas generasi jadi taruhan. Larut dengan pornografi, narkotika, dan pengaruh negatif lainnya, maka harga diri bangsa akan tergadaikan.
Kita mesti bersepakat, sumpah pemuda harus tetap membumi. Pemaknaan dan spiritnya jauh lebih luas. Sumpah pemuda menjadikan Indonesia bebas dari penjajahan moderen. Sumpah pemuda tak membiarkan ‘perut buminya’ dirampas. Sumpah pemuda berlomba berbuat kebaikan (bukan keburukan). Sumpah pemuda mengisi sendi pengabdian. Sumpah pemuda yang menjunjung kebersamaan dan menghargai setiap perbedaan. Sumpah pemuda menjaga moralitas, etika dan kearifan budaya kita. Sumpah pemuda berani melawan kemiskinan dan ketidakadilan. Sumpah pemuda menggapai tujuan mulia. Sumpah pemuda setuju semangatnya tak surut. Pemuda Indonesia harus bebas dari pengaruh pornografi, narkotika, dan pengaruh negatif lainnya, agar menjadi pemuda yang berprestasi dan berkontribusi bagi agama, bangsa, dan negara.

Tentang Penulis

Penulis yang akrab disapa Rizky, adalah seorang mahasiswa pendidikan sejarah tahun kedua yang sedang mencoba belajar dalam segala hal. Beberapa kali mencoba peruntungan dalam hal kepenulisan, namun rezeki belum ditangan. Satu yang pasti bahwa dia tidak pernah patah semangat dalam menulis demi orangtua dan kontibusi-nya kepada bangsa dan negara.

Komentar

Posting Komentar